|| WELCOME buat orang asing || SELAMAT DATANG buat orang indonesia || ASDNUAHUCBIAUH buat alien ||

Senin, 26 Mei 2014

Yuk, Menyehatkan Internet!

Di zaman globalisasi seperti sekarang, internet sudah seperti menjadi kebutuhan primer manusia, terutama di usia remaja. Tak jarang, kita melihat anak SD sekalipun dengan bebasnya memainkan Social Media di gadgetnya. Bahkan, ada juga orang tua yang membuatkan akun facebook untuk anaknya yang baru lahir.  Kadang saya suka iri, ngelihat ada anak umur 3 tahun yang sudah pegang iPad sebagai mainan sehari-hari yang bahkan ukurannya lebih besar dari kepalanya, hehe. Saya yang sudah umur 15 tahun saja harus puas dengan HP yang untuk zaman sekarang bisa dibilang fasilitasnya kurang lengkap.

Yang gak kalah keren, si pemilik Facebook, Mark Zuckerberg, telah membuat akun pribadi untuk anjingnya, Beast.
Facebook Page-nya
bagaimana bisa anjing yang bentuknya 11-12 sama pel ini dapet 1,8 juta likers?
mungkin inilah yang disebut sebagai #ZuckerbergEffect...

Bahkan seekor anjing pun tak luput dari serangan arus globalisasi.


Balik ke masalah yang tadi, kadang ngelihat anak kecil yang sudah tersentuh internet itu bikin kasihan campur miris. Kasihan, karena mereka gak sempet ngerasain masa kecil bersama tetangga dengan main bola, masak-masakan, dan segala permainan 'kreatif' lainnya. Mereka jadi kurang bersosialisasi, mainnya sama benda mati. Miris juga, karena gak jarang dari internet mereka dapet hal-hal yang negatif, yang seharusnya belum diketahui oleh anak seusia mereka.
 Banyak juga kasus yang melibatkan keywords "internet" dan "remaja". Seperti beberapa waktu yang lalu, marak kasus penculikan remaja wanita yang akhirnya berujung pada pemerkosaan. Kebanyakan dari mereka mengenal penculik tersebut dari akun sosial media seperti Facebook. Ngeri juga mendengarnya, sosmed yang harusnya bisa bermanfaat positif malah menimbulkan kasus yang diluar keinginan.

Sebenernya, menurut saya, kasus seperti ini bukan salah sosmednya. Setiap sosmed pasti punya fitur masing-masing untuk memberi privasi pada membernya agar tidak terjadi hal-hal tidak diharapkan tadi. Misalnya, pertemanan di Path yang hanya dibatasi hingga 150 teman, Twitter yang bisa di 'gembok' (Private Account), dan di Facebook (sosial media yang paling banyak menimbulkan kasus saat ini), menurut saya justru memiliki fitur keamanan paling komplit diantara sosial media terkemuka yang lain.
Di Facebook, kita bisa mengatur hampir setiap konten yang kita kirim, bahkan per-postingan dengan jenis yang sama (misalnya foto), bisa berbeda-beda jenis privasinya. Hanya saja, banyak orang yang belum mengerti dan sadar akan pentingnya privasi di dunia maya. Seringkali kita meng-accept permintaan pertemanan dari orang yang tidak kita kenal sama sekali di dunia nyata. Bahkan, semakin banyak teman di Facebook, biasanya seseorang akan semakin bangga. Padahal, ngobrol aja enggak pernah. Fitur teman di Facebook jadi berasa hanya sebuah angka.
Perlu kita ingat, nggak semua orang di internet itu baik dan bisa dipercaya. Banyak orang-orang yang berniat buruk, seperti dalam kasus yang sudah saya kemukakan tadi. Ada juga orang yang awalnya tidak berniat buruk, tetapi jadi melakukan sesuatu yang buruk karena ada kesempatan. Ya, kesempatan itu kalian sendiri yang memberikan kepada mereka. Seringkali pengguna sosmed membagikan status atau foto yang terlalu pribadi. Nggak ada yang tau kalo status "Home Alone.." bisa jadi petunjuk maling buat malingin rumah kalian. Nggak ada yang tau kalo foto-foto yang kalian unggah bisa jadi titik mula niat jahat mereka. Nggak ada yang tau kalo temen kenalan dunia maya kalian itu bener-bener "temen" yang baik.

Mau nggak mau, kita yang gunain internetnya positif-positif aja jadi kena imbas. Orang tua kita pasti jadi overprotective sama kegiatan kita di dunia maya, meskipun kita emang gak ngelakuin hal-hal aneh dan cuma berhubungan sama temen-temen yang udah kita kenal aja. Itu wajar sih, kalo saya jadi orang tua juga pasti bakal cerewet soal sosmed. Gimana bisa orang tua gak khawatir dengan pemberitaan-pemberitaan di media massa yang seperti itu. Apalagi, yang punya anak perempuan.
Tapi nih, kadang orang tua terlalu lebay dalam mengawasi anaknya. Semua itu karena kebanyakan orang tua nggak ngerti seluk beluk dunia maya yang sebenernya. Mereka cuma tau "Facebook itu Berbahaya" atau "Semua orang nggak dikenal di internet itu punya niat jahat". Padahal, facebook itu nggak cuma negatif aja, positifnya banyak. Misalnya, kita bisa berkomunikasi dengan saudara yang jauh, atau berdiskusi bersama lewat Facebook. Tetapi, seperti kata peribahasa "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga", image Facebook pun jadi terkesan jelek.

Saat ini, Indonesia dikabarkan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang memblokir situs porno. Langkah yang sangat bagus menurut Saya, tetapi kenyataannya masih banyak yang mencaci, siapa lagi kalau bukan 'pelanggan' situs-situs tersebut, haha. Di Indonesia ini, ada gerakan "Internet Sehat" yang dipelopori oleh ICTWatch. Salah satu tugasnya adalah memblokir situs-situs yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku, misalnya situs porno, perjudian, dan lain-lain.
Tetapi, meskipun situs-situs tersebut sudah diblokir, anak-anak jaman sekarang 'pintar' mengakali, misalnya dengan menggunakan proxy. Apalagi, tentu saja tidak semua situs terlarang dapat sekaligus diblokir secara keseluruhan, karena setiap hari pasti banyak sekali bermunculan situs-situs baru yang tak terhitung jumlahnya.
Oleh karena itu, harusnya, selain penyuluhan kepada anak-anak untuk menggunakan internet secara positif, orang tua juga diberi bekal agar bisa mengawasi dengan tepat. Misalnya, penyuluhan tentang software parental seperti iProtectYou dan Crawler Parental Control. Software ini berfungsi untuk mencegah anak dengan sengaja/tidak membuka situs 18++, dan bisa juga untuk membatasi durasi pemakaian internet untuk anak sehari-hari.
tampilan iProtectYou
tampilan Crawler Parental Control
Dengan software semacam ini, orang tua tidak perlu lagi mengawasi anak selama 24 jam. Teknologi harus dilawan dengan teknologi!

Referensi: Presentasi Kelompok 2 dan pengembangan sendiri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar